By: Dwinta Ayu

Berlayar menuju Pulau Bidadari

Hallo aku Dwinta, melalui tulisan ini aku ingin mengabarkan mengenai sebuah surga indah yang tersembunyi di Pulau Jawa, yapss kali Ekspedisi Jelajah Nusantara #2 akan berlayar ke pulau Jawa. Lost Paradise in East Java yapss tepatnya di ekspedisi kali ini kita akan mengabdi di Pulau Bawean tepatnya di desa Pudakit Timur.

Perjalanan kali ini terbilang amat cukup panjang, karena tim Renjana bersama delegasi melakukan perjalanan darat dan laut. Dimulai dari titik kumpul seluruh delegasi yang berada di Kota Surabaya. Di Ekspedisi Jelajah Nusantara #2 ini terdiri dari 20 delegasi yang merupakan pemuda/i dari seluruh Indonesia yang terpilih mengikuti program ini. Perjalanan dimulai dari Surabaya menuju Gresik menggunakan kereta, sesampainya di Gresik kami harus istirahat di warung untuk menunggu jadwal keberangkatan kapal yang akan membawa kami ke Bawean. Kurang lebih 10 jam berlayar untuk menuju pulau Bawean surga tersembunyi di Pulau Jawa. Perjalanan berlayar dimulai malam hari, setelah masuk ke dalam kapal kami bergegas menuju bagian atas kapal untuk menikmati angin malam sembari bertukar cerita.

Bunyi klakson panjang tanda kapal akan segera bersandar, yaa akhirnya kami sampai di pulau bidadari. Pulau yang lebih banyak perempuan dibanding dengan laki-laki, laki-laki di pualu ini memilih merantau ke negera tetangga untuk mengidupi keluarganya  maka itulah mengapa pulau Bawean disebut dengan pulau bidadari.

Sesampainya di dermaga kami disambut oleh sepoi angin, dan matahari yang seakan-akan malu untuk mengeluarkan sinarnya. Aroma laut mulai tercium, berpadu dengan gemuruh gelombang merupakan kombinasi yang sangat sempurnah. Akhirnya kami sampai di pulau Bawean, kami langsung disambut oleh pemuda setempat dan pihak pemerintah desa sambutan yang ramah serta senyum sapa selamat datang mereka ucapkan kepada kami.

Nantinya kami 10 hari akan berada di pulau Bawean, setelah dijemput dengan mobil yang disediakan kami langsung dibawa ke rumah inap yang akan kami tinggali. Ternyata itu adalah rumah tante Ita, rumah yang terbilang cukup besar dan sangat nyaman untuk kami tinggali dan serasa kembali pulang ke rumah nenek. Siang harinya kami langsung bergerak ke balai desa karena akan ada acara pembukaan dan penyampaian program kerja yang akan kami lakukan. Dalam Ekspedisi kali ini ada 3 divisi : Divisi pendidikan, divisi kesehatan, divisi lingkungan dan ekonomi kreatif. Setelah menyampaikan program kerja kepada masyarakat kami berkeliling desa melakukan map maaping. Selama melakukan map maaping kami menemukan hal-hal unik di desa Pudakit Timur diantaranya ialah disetiap rumah warga terdapat dhurung yaitu bangunan seperti bale-bale yang digunakann untuk berkumpul dan berbincang dengan tetangga, selain itu juga sebagai tempat istirahat sementara untuk para tamu. Tidak hanya itu kami juga mendapatkan banyak informasi-informasi yang baru, diantaranya ialah adanya penangkaran rusa Atung disini, rusa atung merupakan jenis rusa yang hanya ada di pulau Bawean. Rusa atung merupakan maskot Asian Games 2018 dan termasuk hewan yang dilindungi.

Hari berlalu dengan cepat, kami pun sudah disibukkan dengan tugas divisi masing-masing. Program kerja yang kami lakukan antara lain ialah : Branding kemasan umkm, belajar sambil bermain mengenai kebangsaan, pemeriksaan stunting, pembuatan video branding wisata, serta pemeriksaaan kesehatan gratis, dan banyak lagi program kerja lainnya. Kami melaksanakan program kerja yang telah dirancang di pagi hingga sore hari, dan malam harinya melakukan bounding dengan bercanda, dan bertukar cerita perihal kegiatan yang kami lakukan selam satu harian, tak jarang kami juga saling mengumpulkan makanan yang diberikan warga kepada kami untuk dinikmati bersama-sama.

Tidak teras seluruh program kerja telah kami rampungkan. Tersisa 2 hari lagi kami berada di desa Pudakit Timur. Di hari akhir kami diundang untuk berhadir ke rumah salah satu warga yang telah menyediakan makanan,kopi, dan karoke rumahan untuk kami yang tadi sore menang acara lomba 17’an. Yaa, kami sempat mengikuti lomba 17’an yang diadakan oleh pemuda setempat dan tentu saja kami juga memborong beberapa juara :D. Kami tidak bisa berlama-lama di acara tersebut karena kami akan bersiap untuk esok harinya kami akan berlayar kembali menuju Pulau Noko, salah satu pulau yang tak berpenghuni dan masih asri yang ada di Pulau Bawean.

Perjalanan menuju Pulau Noko lebih kurang 1 jam, diperjalanan menuju pulau kami bisa snorkling menikmati keindahan bawah laut Bawean, airnya yang jernih, terumbuh karang, dan banyak ikan badur terlihat sungguh sangat memanjakan mata. Sesampainya di Pulau Noko kami bergegas mendirikan tenda dan mempersiapkan makan malam, hari semakin gelap matahari turun pelan-pelan seakan dilahap oleh lautan, angin semakin kencang, debur ombak pun sedikit tenang.

Malam itu dengan cahaya rembulan, sepoi angin, dan debur ombak membuat suasana semakin sendu dengan ucapan maaf dan terima kasih yang hadir dalam setiap kata yang terutarakan. Hembusan angin yang kencang terasa hangat, tanpa permisi air matapun jatuh. Ternyata memang begini cara kerja semesta mempertemukan dan memisahkan. Rasanya masih banyak yang ingin diukir bersama dengan canda tawa, namun lagi-lagi bertemu pasti akan berpisah. Mereka berhasil menyita setengah ingatan ku dan memberi warana yang cukup indah sampai hari ini. Tak terbayang bagaimana sendu dan banjirnya air mata ini ketika berpamitan dengan tante Ita dan seluruh masyarakat. Sambutan hangat mereka cukup membekas dalam diri ini.

Dan benar saja, dihari terakhir pentas seni dan penutup dari kegiatan kami ini dibanjiri air mata. Rasanya tak tega melihat adik-adik menangis karena harus berpisah dengan kami, apalagi melihat tante Ita menangis di ruang yang sama 20 anak muda yang tanpa ada komando apapun menjatuhkan air matanya. Rumah tante Ita, setiap sudutnya banyak menyimpan cerita-cerita setiap dari kami. Masih sangat jelas dalam ingatan, malam itu kami diantara satu kampung menuju dermaga, dibekali dengan makanan ringan yang menggunung, diantar sampai naik ke kapal.

Perjalanan ini menjadi banyak penyembuh bagi setiap jiwa.

Perjalanan ini membawaku bertemu dengan banyak senyuman dan pelukan hangat keluarga baru.

Lagi-lagi aku tumbuh bersama perjalanan.

Luka akan sembuh,

Suka akan bahagia,

Air mata akan menemukan tawanya.

Aku dan tim Renjana tak akan pernah berhenti berjalan, menjelajah,  menyusuri hingga pelosok semesta.

Terima kasih telah membawaku ke perjalanan yang teramat berharga ini.

Semoga bisa berpijak kembali di Pulau Bawean